Proses pencernaan akan mengubah makanan menjadi
bentuk yang sesuai untuk diserap ke dalam proses sirkulasi untuk ditransfer ke
liver dan disebarkan ke jaringan-jaringan tubuh. Ketika mengkonsumsi bahan
pangan yang mengandung protein, sebagian besar protein akan dicerna menjadi
asam amino dan selebihnya menjadi tripeptida dan dipeptida. Secara sederhana,
Almatsier, (2004) menjelaskan bahwa pencernaan atau hidrolisis protein dimulai
di dalam lambung. Asam klorida lambung membuka gulungan protein (proses
denaturasi), sehingga enzim pencernaan dapat memecah ikatan pepetida. Asam
klorida mengubah enzim pepsinogen tidak aktif yang dikeluarkan oleh mukosa lambung
menjadi bentuk aktif pepsin. Karena makanan hanya sebentar tinggal di dalam
lambung, pencernaan protein hanya terjadi hingga dibentuknya campuran
polipeptida, proteose dan pepton.
Rumus Molekul Protein (terdiri dari gugus NH2, gugus H, COOH serta rantai R) |
Setelah di lambung, pencernaan protein
dilanjutkan di dalam usus halus oleh campuran enzim protease. Pankreas
mengeluarkan cairan yang bersifat sedikit basa dan mengandung berbagai
prekursor protease, seperti tripsinogen, kimotripsinogen, prokarboksipeptidase,
dan proelastase. Enzim ini menghidrolisis ikatan-ikatan peptida tertentu
sehingga menghasilkan ikatan peptida yang lebih pendek, yaitu tripeptida,
dipeptida, dan sebagian menjadi asam amino. Mukosa usus halus juga mengeluarkan
enzim-enzim protease yang menghidrolisis ikatan peptida. Hidrolisis
produk-produk lebih kecil hasil pencernaan protein dapat terjadi setelah
memasuki sel-sel mukosa atau pada saat diangkut melalui dinding epitel.
Enzim-enzim proteolitik yang ada dalam lambung dan usus halus pada akhirnya
dapat mencernakan sebagian besar protein makanan menjadi asam amino bebas.
Hasil akhir pencernaan protein terutama berupa
asam amino dan ini segera diserap dalam waktu lima belas menit setelah makan.
Absorbsi terutama terjadi dalam usus halus berupa empat sistem absorbsi aktif
yang membutuhkan energi. Asam amino yang diserap memasuki sirkulasi darah
melalui vena porta dan dibawa ke hati. Sebagian asam amino digunakan oleh hati,
dan sebagian lagi melalui sirkulasi darah dibawa ke sel-sel jaringan.
Mutu protein ditentukan oleh jenis dan proporsi
asam amino yang dikandungnya. Almatsier (2008) menjelaskan bahwa protein dengan
nilai biologis tinggi atau bermutu tinggi adalah protein yang mengandung semua
jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan
pertumbuhan. Beberapa jenis protein mengandung semua macam asam amino esensial,
namun masing-masing dalam jumlah terbatas namun cukup untuk perbaikan jaringan
tubuh akan tetapi tidak cukup untuk pertumbuhan.
Sementara itu Winarno, (2002) mengatakan bahwa
asam-asam amino yang biasanya sangat kurang dalam bahan makanan disebut dengan
asam amino pembatas. Kalau protein dengan mutu rendah terlalu banyak dikonsumsi
dan menunya tidak beraneka ragam, akan berakibat kurangnya asam amino pemabtas
dan orang akan menderita gejala-gejala yang tidak dikehendaki. Ada banyak
sekali cara yang dapat digunakan untuk mengukurmutu protein secara kualitatif,
tetapi nampaknya tidak satupun sepenuhnya yang memuaskan. Cara analisis ini
dapat dilakukan secara biologis maupun secara biologis maupun secara kimia.
Suatu cara penilaian untuk mengetahui
availabilitas protein dalam tubuh ini disebut Teknik Evaluasi Protein. Secara
garis besar, metode evaluasi mutu gizi protein digolongkan menjadi dua macam.
Kedua metode tersebut yaitu metode secara
in vitro (secara kimia,
mikrobiologis, atau enzimatis) dan metode secara in vivo
(secara biologis menggunakan hewan percobaan secara utuh, termasuk
manusia) (Muchtadi, 2010).
Teknik evaluasi yang
mendekati pada keadaan yang sebenarnya dilakukan secara in vivo dengan menggunakan hewan percobaan,
yang pada penelitian ini menggunakan tikus putih. Metode yang digunakan tentu
harus dapat mengevaluasi kemampuan metabolisme suatu protein sebagaimana
fungsinya, yaitu dapat meningkatkan sintesis jaringan tubuh serta memelihara
jaringan dan fungsi tubuh. Mutu protein dapat diukur dengan berbagai cara, Protein Efficiency Ratio (PER), Net Protein Ratio (NPR), True Digestibility (TD), Biological Value (BV), dan Net Protein Utilizaton (NPU).
0 comments:
Post a Comment