Namun pada zaman sekarang ini, dengan semakin bertambahnya penduduk yang mengakibatkan berkurangnya jumlah makanan. Untuk mengatasi masalah tersebut, telah dikembangkan berbagai jenis makanan baru guna mencukupi kebutuhan harian dengan bercocok tanam serta beternak. Namun permasalahan yang timbul adalah produk yang dihasilkan beranekaragam, bahkan ada produk yang kandungan gizinya yang berlimpah jika dibandingkan dengan zaman paleolitikum.
Akibatnya ada sebagian gen yang tidak dapat beradaptasi yang menyebabkan terjadinya kegagalan secara biokimia menghasilkan beberapa penyakit. Sehingga ada beberapa penyakit yang dapat dihubungkan dengan produk baru seperti susu, padi-padian, serta daging dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi. Penyakit yang dapat dihubungkan tersebut seperti penyakit jantung, stroke, macam-macam kangker, penyakit autoimmune, dan bermacam-macam penyakit degeneratif yang bersifat kronik (contohnya parkinson’s, Alzheimer’s).
Pada zaman paleolitik, total asupan protein sekitar 25 – 30 % dari kebutuhan energi dan asupan itu bersumber dari ikan dan daging. Berbeda dengan pola diet Amerika pada saat ini dimana asupan protein hanya sekitar 10 – 15 % dari total kebutuhan energi dan sumber protein tersebut berasal dari daging yang kaya lemak, padi-padian, produk susu, dan kacang-kacangan. Protein memegang peranan penting pada penyakit autoimmune, oleh karena itu sumber protein yang baru ini (produk susu, padi-padian, kacan-kacangan) dengan fragmen protein baru merupakan sebuah permasalah baru. Penyakit Celiac merupakan salah satu contoh dari penyakit autoimmune yang disebabkan oleh proten baru ini.
Asupan karbohidrat pada zaman paleolitic sekitar 30 – 35 % dari total kebutuhan energi yang bersumber dari buah-buahan dan sayuran yang memiliki nilai indeks glikemik rendah serta kaya akan kandungan mikro nutrien dan serat. Berbeda dengan pola diet Amerika di mana asupan karbohidratnya sekitar 50 – 60 % dari total kebutuhan energi yang berasal dari padi-padian, tetapi sumber karbohidrat dari buah dan sayuran sangat sedikit dikonsumsi. Sumber karbohidrat baru ini memiliki nilai indeks glikemik yang tinggi dan juga jumlah asupan karbohidratnya juga tinggi, secara signifikan menyebabkan gangguan pada sistim insulin. Alhasil adalah bermacam penyakit pun muncul seperti diabetes melitus type 2. Selain itu, sumber karbohidrat ini pun sangat rendah serat dan mikro nutrien sehingga akan sangat buruk bagi kesehatan.
Asupan lemak pada diet zaman paleolitik sekitar 35 - 40 % dari total kebutuhan energi. Sumber lemak berasal dari hewan, ikan, dan kacang. Pola diet ini sama seperti dengan pola diet orang Amerika yang juga asupan lemaknya berkisar 35 – 40 % dari total kebutuhan energi. Namun yang berbeda adalah sumber asupan lemaknya sangat bermacam-macam. berdasarkan studi, manusia pada zaman paleolitik mengkonsumsi kolesterol yang relatif besar, (480 mg per hari), namun diketahui bahwa kandungan kolesterol dalam darah mereka sangat rendah daripada orang Amerika. Ada beberapa penyebabnya diantaranya, Pertama : Hewan peliharaan ternyata diketahui kandungan lemak jenuhnya tinggi. Pada zaman paleolitikum, mereka mengkonsumsi daging bukan dari hasil ternak, namun dari hasil buruan. Selain itu, kebanyakan orang Amerika mengkonsumsi omega 6 lebih banyak daripada omega 3 dengan rasio 11 : 1. Lemak jenuh diketahui berkaitan dengan peningkatan dengan kandungan kolesterol dalam darah, padahal seharusnya rasio perbandingan lemak omega 6 dan omega 3 tersebut adalah 1 : 1 sampai 4 : 1. Kedua : Pola hidup berburu dan mengumpulkan hasil buruan memerlukan energi yang besar sehingga dapat membakar lemak dan kolesterol dalam darah. Menurut S. Boyd Eaton, M.D., (seorang foremost authorities on paleolithic (prehistoric) diets and a radiologist and medical anthropologist at Emory University in Atlanta), mengatakan bahwa pola hidup nomaden mereka tersebut mengeluarkan banyak energi untuk bertahan hidup dan mencari makan, dari sisa kerangka yang ditemukan, mereka memeliki kerangka dan otot yang kuat jika dibandingkan dengan manusia sekarang ini.
Mikronutrien (vitamin, mineral, antioksidan) yang dikonsumsi dalam diet pada zaman paleolitikum sangat banyak jika dibandingkan dengan diet orang Amerika. Konsumsi vitamin diperkirakan dalam sehari mencapai 3 kali dari kebutuhan total tubuh serta asupan Zn, Ca, K dan Fe juga sangat banyak dikonsumsi oleh orang paleolitikum dikarenakan asupan buah dan sayuran yang sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan orang Amerika, konsumsi mineral yang berlebihan adalah sodium dan iodium. Konsumsi sodium diperkirakan 8 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan konsumsi pada zaman paleolitikum. Tidak heran bahwa ini akan menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah pola pengaturan diet kita sekarang ini sangat berbeda dengan manusia pada zaman paleolitikum. Namun secara genetik, gen kita sama seperti gen pada zaman paleolitikum. Akibat dari adaptasi tubuh kita dalam menerima berbagai macam jenis makanan baru tersebut, sebagian gen tubuh telah beradaptasi dapat menerimanya, akan tetapi sebagian gen tubuh kita tidak dapat menerimanya yang akan mengakibatkan berbagai macam penyakit bermunculan baik yang bersifat kronis maupun akut.
DAFTAR PUSTAKA
Jack,Challem, 2012, Paleolithic Nutrition: Your Future Is In Your Dietary Past : Human genes, formed by millions of years of evolution, are a bad match for highly processed modern diets, http://www.lovelyhealth.com/ paleolithic_ nutrition.htm, Download : Kamis, 22 Maret 2012.
Smith,Peter, 2011, GOOD Asks the Experts: Is The "Paleolithic Diet" Really Better?, http://www.good.is/post/good-asks-the-experts-is-the-paleolithic-diet-really-better/, Download : Rabu, 21 Maret 2012.
--------------, 2012, Paleolithic Nutrition, http://www.direct-ms.org/paleolithicnutrition. html, download : Rabu, 21 Maret 2012
0 comments:
Post a Comment