Akhir-akhir ini di media sosial ku berupa facebook sering diramaikan dengan photo-photo lucu bayi dan anak-anak. Ada yang baru lahir, ada yang baru belajar berjalan, ada pula yang sudah bisa berlari-lari sambil tersenyum. Selain itu, banyak pula photo pasangan yang baru menikah, yang memamerkan ke seluruh dunia tentang kemesraan mereka. Terlalu banyak photo yang meramaikan dunia maya tersebut sehingga ada beberapa orang mulai terganggu atau risih dengan kondisi tersebut. Terganggu atau risihnya disebabkan mereka belum bisa melakukan hal yang sama seperti teman-temannya yang memamerkan lucunya anak kecil atau romantisnya hidup berkeluarga. Alhasil, banyak teman yang juga punya akun fb tersebut jadi jarang menggunakan media sosial itu karena iri melihat kebahagian orang lain.
Saya pun juga termasuk orang yang "iri" melihat kebahagian teman yang sering mengunggah photo anak atau bahagianya hidup ketika telah menikah. Akan tetapi, bagi saya, membuka fb ataupun twitter sudah menjadi kebiasaan, tiap hari bahkan tiap megang hp, selalu membuka fb ataupun twitter, sebab dengan membuka media sosial tersebut, saya tau bagaimana keadaan hari ini, apakah hujan, panas atau macet, ada banjir, ada kejadian apa, dan banyak lagi informasi yang saya dapat secara gratis yang disebabkan status dari teman-teman di media sosial tersebut. Tentu saya pun merasa ingin menggunggah photo lucu atau mesra, tapi apa daya belum sampai..hehe.. Eits, ini buka tema utama coretan pada malam ini, tapi yang ingin saya curahkan disini adalah indahnya menikah.
Saya memang belum menikah, tapi insyaallah jikalau Allah mengizinkan, 2015 saya harus sudah menikah. Menikah memang bukan hal kecil, karena menikah itu bukan lah seperti membeli baju di pasar, ketika ukurannya tidak pas, dengan gampang kita membesarkan atau mengecilkan ukuran baju tersebut. Tapi menikah itu adalah suatu peristiwa sakral yang amat sangat luar biasa. Melalui pernikahan, sesuatu yang "Haram" menjadi "Halal", sesuatu yang dilarang dan jika dikerjakan berdosa besar dan kelak akan mendapat azab yang pedih di hari akhirat, namun dengan menikah, semua itu menjadi ladang ibadah, menjadi kewajiban, dan dari itu semua bisa membuat seseorang menjadi ahli surga. Kenapa bisa seperti itu? itulah indahnya Islam.
Prosesi pernikahan abang saya "M.Hidayat" |
Bagi saya, menikah itu bukan hanya menggabungkan dua insan yang berbeda, tapi menggabungkan dua keluarga besar yang berbeda menjadi satu kesatuan yang besar. Sehingga proses pernikahan itu haruslah dipikirkan dan dipersiapkan dengan matang. Menikah itu dilakukan dengan mudah dan gampang, sebab hanya dengan mengucapkan "saya terima nikah dan kawinnya dengan maskawin tersebut dibayar tunai", tapi ada makna besar dibalik itu semua. Ketika janji suci telah terucap untuk saling menjaga, untuk menyerahkan diri pada pasangan, untuk taat kepada suami, untuk menjaga diri hanya untuk suami, maka waktu itu pula tanggung jawab orang tua kepada anak perempuannya pun sudah lepas dan tanggung jawab tersebut berpindah kepada seorang suami. Begitu pula kelak ketika mereka telah diberi tanggung jawab untuk menjadi orang tua, tanggung jawab besar tersebut akan menjadi tanggung jawab sampai akhirat.
Ketika sang suami berbuat dosa, maka tanggung jawab istri untuk mengingatkan suami untuk bertaubat, begitu pula kebalikannya. Baik suami maupun istri, harus berbuat adil, baik bagi diri sendiri maupun buat pasangannya. Tanggung jawab suami pun menjadi sangat berat, karena kelak akan membawa antara dua tempat, surga atau neraka. Ketika dia berhasil mendidik keluarganya menjadi baik dan keluarga yang taat, tentulah dia akan mendapat balasan berupa surga, akan tetapi sebaliknya, jika keluarga yang diamanatkan kepadanya tidak dapat dijaga dengan baik, tentu lah neraka pasti tempatnya. Begitu pula ketika nanti terhadap anak-anaknya, baik buruk anak akan ditentukan oleh orang tuanya. oleh karena itu, menikah itu bukan hal sepele dan mudah, tapi menikah itu merupakan hal yang amat sangat besar dan tentu menjadikan
Bagaimana cara mempersiapkan diri untuk pantas menikah? Bagi saya, ketika umur sudah cukup, itu berarti sudah pantas menikah, kemudian ketika sudah ada penghasilan, itu sudah pantas menikah, ketika sudah ada niat, itu sudah pantas menikah, dan tentu sudah cukup dewasa untuk memimpin keluarga, itu sudah pantas menikah, dan sudah ada calon untuk dinikahi, itu pun sudah pantas untuk menikah. Mudah-mudahan secepatnya bagi kita yang belum menikah, diberi kepantasan untuk memilih dan memutuskan diri untuk sanggup menerima amanah tersebut sehingga kita bisa melaksanakan salah satu sunnatullah, yaitu menikah.
0 comments:
Post a Comment