Teringat kisah yang dulu pernah aba (panggilan bapak) ceritakan kepada kami ketika selesai makan malam bersama tentang 3 orang saudara yang memilih jalur hidup yang berbeda. Kisah ini cukup menarik untuk diikuti dan difahami sebagai modal besar hidup di dunia yang sifatnya sementara ini.

Alkisah di suatu kampung, ada 3 orang saudara laki-laki yang dibesarkan oleh satu keluarga yang cukup sederhana. Sejak kecil ketiga saudara ini memiliki tujuan dan cara pandang yang berbeda satu sama lain. Saudara tertua lebih cenderung ingin menjadi pendekar dengan alasan utama sebagai anak tertua, dia harus melindungi keluarganya kalau ada yang macam-macam. Dengan alasan tersebut, dia terus berusaha kuat dalam mencapai cita-cita tersebut dan alhasil, dia pun berhasil menjadi pendekat kuat dan disegani di lingkungan tempat tinggalnya dan menjadi kebanggaan kedua orang tuanya.

Berbeda dengan saudara pertama, saudara kedua lebih berfikir ke arah menjadi pedagang yang sukses dengan harapan jikalau berhasil, dia bisa mengangkat perekonomian orang tuanya. Dengan berjuang keras, alhasil anak ke dua ini pun berhasil menjadi saudagar kaya dan hebat dan terkenal. Dengan kekayaan yang dimilikinya tersebut, dia menjadi orang terkenal dan menjadi kebanggan orang tuanya.

Anak ketiga berfikir berbeda dengan kedua saudaranya. Dia berfikir untuk menjadi orang yang berilmu dan menjadi orang hebat tapi bukan dengan kekuatan, bukan pula dengan kekayaan, tapi dengan ilmu agama yang tinggi. Hal ini pun didukung oleh orang tua dan saudaranya. Dengan niat dan tekat yang kuat, akhirnya anak ke tiga ini pun berhasil menjadi orang hebat dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dia pun menjadi kebanggaan orang tuanya.

Suatu ketika, tibalah saat dimana mereka harus berpisah dengan ayah yang mereka cintai tersebut. Pagi itu, mereka dikabari bahwa ayahnya meninggal dunia dan mereka diminta untuk kembali ke rumah ayahnya untuk mengurus pemakaman ayahnya. Dengan segera mereka kembali dan menyegerakan pemakaman ayahnya. Dengan perasaan sedih dan bingung, mereka bertiga berkumpul dan berdiskusi apa yang harus dilakukan untuk menjaga ayahnya yang bakal masuk kubur nanti.

Singkat cerita mereka bertiga memiliki pola pikir yang berbeda. Saudara tertua berencana untuk melindungi ayahnya dari siksa kubur, dia berfikir untuk memberikan sepasang keris sakti untuk dibawa ke kuburan. Hal ini diyakini bahwa kelak kalau malaikat ingin menyiksa ayahnya, pakai saja keris itu untuk balik menyerang malaikat. Begitulah pemikiran saudara pertama. Berbeda dengan saudara kedua, dia berfikir agar menghindari siksa kubur dengan menyogok malaikat. Ketika malaikat hendak menghukum, beri saja sogokan berupa koin-koin emas yang banyak sehingga itu bisa membuat sang ayah bebas dari siksa kubur. Anak ketiga bingung, apa yang harus dia berikan, mau memberi harta, dia tidak punya banyak harta, mau memberi senjata, dia pun juga tidak punya kekuatan. Dan akhirnya dia tidak memberikan sesuatu untuk menemani sang ayang di kuburan kecuali hanya doa. Karena itu yang dia punya. Berdasarkan perbincangan yang cukup rumit dan alot, akhirnya mereka sepakat untuk memberikan hal-hal tersebut ke makan sang ayah meski ditentang oleh anak ketiga.

Sore itu pun jasad sang ayah dimasukkan ke dalam kubur dengan benda-benda yang diberikan dari anak-anak tersebut. Selesai acara pemakaman, mereka pun pulang ke rumah masing-masing dan dengan harapan sang ayah akan selamat di dalam kubur. Pada malam pertama setelah pemakaman, mereka bertiga bermimpi aneh dan sama. Mereka bermimpi melihat ada sesosok babi yang bersisikkan emas dan bertanduk tajam yang mengamuk di dalam tanah. Saat bangun, mereka mengabaikan mimpi tersebut dan melupakan mimpi aneh tersebut. Dan anehnya, mimpi tersebut berulang di malam kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Mereka mimpi yang sama dan kejadiannya pun juga sama. Dengan kondisi yang membingungkan tersebut, akhirnya mereka bertemu dan saling bercerita tentang mimpi tersebut ke saudara yang lain. Alangkah terkejutnya mereka ternyata mimpi tersebut juga dialami oleh saudaranya yang lain. Mereka mulai curiga jangan-jangan mimpi tersebut berhubungan dengan ayah mereka yang telah meninggal beberapa hari yang lalu. Untuk menghilangkan perasaan dan dugaan yang tidak-tidak, mereka mengambil keputusan untuk membongkar makam sang ayah.

Siang itu, mereka meminta beberapa orang untuk membantu membongkar makam sang ayah. Alangkah terkejutnya mereka bertiga, ternyata jasad sang ayah yang telah mereka kuburkan beberapa hari yang lalu berubah menjadi sosok babi yang bersisikkan koin emas dan menggunakan tanduk tajam berupa keris. Sontak mereka kaget dan menangis melihat jasad sang ayah yang sangat mereka sayangi dan lindungi berubah wujud menjadi babi. Ternyata mimpi aneh tersebut adalah berasal dari kuburan sang ayah.

Dengan sangat menyesal mereka akhirnya mengangkat kembali jasad sang ayah dari makam untuk dibersihkan dan membuang semua barang-barang yang tidak berguna tersebut. Setelah semua sisik koin emas dan tanduk keris itu dicabut dan dibuang, mereka kembali memasukkan jasad tersebut ke dalam kubur dan menguburkan sang ayah ke dalam kubur. Malam harinya pun mereka bertiga bermimpi kembali, dan kali ini mimpi mereka berbeda dengan mimpi di malam sebelumnya. Mereka bermimpi melihat wajah sang ayah yang tersenyum bahagia. Keesokan harinya, mereka bertemu dan saling bercerita tentang mimpi tersebut.

Begitulah akhir dari cerita tersebut. Hikmah yang dapat diambil dari kisah tersebut adalah menjadi orang kuat dan orang kaya itu bagus, tapi lebih baik lagi menjadi orang yang berilmu dan memanfaatkan ilmu untuk bekal akhirat. Apalagi menjadi orang kuat, kaya dan sekaligus sholeh itu lebih baik lagi, hehe..



0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Powered by Blogger.

Translate

Popular Posts