Tahun 2011 adalah tahun dimulainya petualangan dalam hidup ini.
Awal tahun 2011, tepatnya tanggal 3 januari, aku mulai beranjak meninggalkan rumah setelah 3 bulan tanpa ada kegiatan di rumah. Setelah selesai kuliah, kegiatan yang aku lakukan hanyalah makan, tidur, makan tidur dan begitu lah tanpa ada aktivitas yang bermanfaat. Untungnya itu semua tidak lah berlangsung lama.
Yach, tanggal 3 Januari aku pun mulai berpetualang. Aku berangkat ke Jogjakarta. Sebenarnya jogja bukan lah tujuan utama ku, karena tujuan aku adalah Desa Tulung Rejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri sebuah kampung kecil dimana di sana dikenal orang dengan sebutan kampung inggris. Sebuah kampung dimana banyak orang yang berdatangan untuk belajar bahasa inggris.  Tepatnya tanggal 7 januari aku pun berangkat ke Pare bersama teman dekat ku ke sana. Kami kesana menggunakan travel, Dewata Indah namanya. Biaya yang aku keluarkan untuk ke sana dengan menggunakan travel tersebut adalah Rp.95.000. Aku berangkat ke sana jam 7 malam dan tiba disana jan 3.45 pagi. Ada cerita yang menarik yang terjadi pada malam itu. Kami tiba di Pare jam 3.45 pagi. Jam yang terlalu pagi untuk mencari tempat tinggal. Hanya bermodalkan teacher nya abang ku dulu waktu dia ke Pare, jadi kami menghubungi mereka. Alhamdulillah mereka mau menerima kami untuk berteduh dari gerimisnya malam pada waktu itu. Aku dapat tinggal di kosan putra yang bernama Blessing House, dan teman ku dapat tinggal di kosan putri, lupa aku namanya, hehe.
Di sana kami mengambil program grammar, writting, translation, speaking, pre toefl, dan toefl. Program yang kami ambil untuk 1 bulan periode 10 januari sampai 10 April. Begitu banyak kisah di sana. Adapun lembaga yang aku ikuti adalah Elfast untuk program grammar, writting, translation, pre toefl, dan toefl, dan Daffodil untuk program Speaking.
Bulan 4 tepatnya tanggal 9 April, aku pun mengakhiri petualangan ku di Pare. Kami pun akhirnya pulang ke jogja untuk mengikuti tes toefl yang diadakan oleh fakultas ekonomi dan bisnis UGM pada tanggal 13 April. Tanggal 14 April kami pun pulang kembali ke Jambi untuk mempersiapkan berkas-berkas penerimaan mahasiswa baru pascasarjana.
Kami pun pulang ke Jambi. Senang rasanya bisa pulang kembali ke rumah. memang benar kata orang-orang dulu, tak ada tempat seenak rumah sendiri. setelah lebih kurang 2 bulan kami di rumah, kami pun melanjutkan petualangan lagi. Tanggal 10 Juni aku kembali berangkat ke jogja untuk menyerahkan berkas-berkas lamaran ku. Sedangkan teman ku berangkat lebih awal, yaitu tanggal 30 mei. Aku berniat untuk melanjutkan kuliah ku di IPB dan atau UGM. Jurusan yang akan aku ambil adalah jurusan ilmu dan teknologi pangan. Teman ku berniat mengambil asuhan gizi klinik di UGM dan ilmu dan teknologi pangan IPB.
Sejak dari sini lah petualangan kami berlanjut. Tanggal 20 Juni kami bergerak melangkahkan kaki menuju kampus IPB yang berada di Bogor. Di sana kami mencari informasi tentang persyaratan dan sekaligus menemui dosen disana karena ada keperluan. Kami ke sana menggunakan agen travel Diana dengan tarif Rp.170.000. Kami berangkat pada malam hari dan tiba di Bogor pada pagi hari. Setibanya kami di sana, awal kesan yang kami dapat adalah Bogor Macet, karena begitu banyaknya angkutan kota yang ada sehingga jalanan yang ada di sana di penuhi dengan angkutan kota tersebut.
Salah satu Bis Kampus IPB, Bogor 
Perjalanan di sana waktu itu tidaklah lama, pagi hari kami tiba di sana, dan sore harinya kami langsung pulang. Sungguh perjalanan yang sangat singkat di kota yang baru pertama kalinya kami injakkan kaki di sana.
Ada cerita yang lucu ketika kami tiba di sana. Salah satu sopir travel yang kami naiki tersebut berwajah seram dengan kumis yang panjang dan bertubuh keras serta menggunakan jaket hitam tebal, sungguh wajah yang kelihatannya seram. Malam itu mobil yang kami tumpangi berjalan bersamaan dengan mobil lainnya. ntah kenapa malam itu mobil rekan yang satunya itu tiba-tiba berhenti ditengah jalan, ternyata mobil tersebut mogok. Keluarlah sopir tersebut yang berwajah sangar. Sopir tersebut mendatangi mobil yang kami naiki, dan  dia bicara dengan sopir mobil kami, ee bapak tu bicara menggunakan bahasa sunda, wah langsung timbul sebuah senyuman kecil dari bibir ku, ternyata bahasa yang digunakan nya bertolak belakang dengan seramnya wajah bapak tu, itu lah pertama kalinya aku mendengar gaya bicaranya orang sunda.

bersambung
episode selanjutnya
Petualangan ke kebun binatang Gembira Loka
Petualangan ke Merapi
Pelaksanaan ujian pascasarjana UGM
Hari-hari yang membosankan di Jogja
Petualangan ke Candi Prambanan
Petualangan ke Pantai Parangtritis

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Powered by Blogger.

Translate

Popular Posts