aku benci politik....
Mungkin itulah kalimat yang cocok dengan apa yang aku rasakan tentang politik. Berawal dari keinginan untuk terjun ke dunia politik, banyak orang melakukan perbuatan yang sia-sia dan tidak masuk akal. Apalagi sekarang ini masih terasa aroma pemilihan anggota dewan. demi duduk di kursi terhormat, banyak harta yang dikorbankan, terutama tanah dan perhiasan. Untuk duduk di kursi DPRD Kab/kota, ada calon legislatif yang rela mengorbankan uang hingga 1,5 milyar, bahkan ada juga untuk duduk di DPR RI, menghabiskan dana hingga 3-4 milyar rupiah. Coba kita main hitung-hitungan dasar, 5 tahun x 12 bulan = 60 bulan, jika penghasilan pokok anggota dewan kabupaten/kota berkisar antara 12 juta/bulan, berarti selama 60 bulan, dia hanya akan mendapatkan total gaji sekitar Rp.720 juta. Jika dia menghabiskan dana kampanye sekitar 1.5 milyar, berarti uang yang terkumpul masih kurang sekitar Rp.780 juta rupiah. We Ou We,. WOW,. Tekor men.... (Win solution : Korupsi sebanyak mungkin untuk mengembalikan modal)

Sepintas saya mendengar perkataan seorang anggota dewan yang telah duduk di kursi DPR-RI yang mengatakan bahwa dia telah menghabiskan dana kampanye sekitar 3 milyar. Waktu itu pula dia diwawancarai oleh reporter tentang penghasilan pokoknya sekitar 30 juta rupiah, jika kita kalikan dengan 60 bulan, maka penghasilannya dalam 5 tahun adalah sebesar 1,8 milyar rupiah. Kita hitung lagi berapa kerugian yang dialami oleh orang tersebut dengan menghabiskan dana kampanye sekitar 3 milyar dan ternyata hasilnya adalah dia masih kekurangan sekitar 1,2 milyar rupiah lagi. Damn...

Detik news pada tanggal 9 januari 2014 memuat headline mengenai total caleg yang berebut sekitar 200 ribu orang yang memperebutkan sekitar 19 ribu kursi. Jika kita hitung secara sederhana, peluang tiap orang untuk menang dan duduk di kursi dewan tersebut adalah sekitar 19 ribu/200 ribu x 100 % adalah 9.5 %. We Ou We. (Bacanya : WOW). Dengan demikian, peluang untuk kalah adalah sekitar 90.5 %. Hal ini ibarat kita berjualan es cendol di kutub utara yang sudah dingin dan beku. Hanya ada orang yang kepingin minum cendol saja yang membeli es cendol yang kita jual tersebut. Jika kita hitung pula total anggaran dana kampanye para caleg tersebut, kita anggap saja rata-rata sekitar 500 juta/orang dan kali dengan 200 ribu caleg, aduh maaf, kalkulator saya sudah kehabisan angka melihat begitu banyaknya 0 yang tampil, hehe..

Lupakan dengan berapa banyak peserta, berapa banyak uang yang dikeluarkan dan berapa banyak anggaran yang telah dicanangkan, kita kembali ke dunia sistem politiknya. Menjadi politisi membuat orang menjadi gila dan menghalalkan berbagai macam cara supaya menang. Banyak keluarga besar yang terpecah karena dia tidak memberikan suaranya kepada keluarga yang mencalonkan diri. Kita dituntut untuk dewasa dalam memilih, memilih berdasarkan kemampuan dan pengalaman, memilih berdasarkan pendidikan yang dimiliki, tapi ketika ada keluarga yang kita tau betul keadaanya dan kita rasa tidak cocok untuk dipilih, dari sanalah muncul konflik dalam keluarga tersebut. Ada pula kawan dan sahabat yang telah lama membantu kita, namun karena duit yang tiba-tiba datang dalam jumlah besar, sekejap mata pula menjadi lawan. Dengan santai dia malah membela yang lain dan melupakan kawan. Ada pula dengan jabatan yang dimiliki, ancam mengancam jabatan terutama mereka yang duduk di pemerintahan, jika tidak memilih, jabatan melayang, pemindahan tempat kerja, bahkan ada pula yang dikucilkan dari komunitasnya sendiri. Damn,.i hate it.

Siapa yang salah dengan apa yang telah terjadi dengan bangsa ini? Kita lah jawabannya. Kita merasa tidak suka jika yang memimpin negara ini hanya dari keluarga dan rekannya saja, tapi ketika ada orang yang kita kenal duduk di suatu jabatan, kita justru membanggakan jabatan orang tersebut, dan kadang meminta bantuan atas kekuasaannya tersebut agar anak, cucu, sepupu, ponakan, atau siapalah untuk duduk di kursi tertentu. Lantas apa bedanya kita dengan mereka?? nothing.... Kebanyakan orang berbuat dan membantu bukan berdasarkan kemampuan, profesionalisme, atau pendidikan, tapi mereka membantu demi kehidupan mereka sendiri, agar mereka dapat hidup layak, agar mereka nanti ketika mengalami kesulitan, mereka akan dengan mudah meminta bantuan dari orang tersebut berdasarkan kekuasaan yang dimiliki orang tersebut. Damn,. i hate politic...

Sering terdengar di telinga ini bahwa sistem demokrasi yang kita anut ini telah gagal, bahkan di negara asalnya pun telah gagal, namun apa, mereka cuma bisa berkomentar dan mengeluarkan celetukan dan tidak dibarengi dengan alternatif lain yang masuk akal. Seketika aku pun merindukan untuk hidup dan merasakan sistem pemerintahan yang dibawa oleh rasul dan para khalifah, aku merindukan sosok rasul yang begitu arif, bijaksana, tegas, dan selalu dibimbing oleh Allah. Aku pun merindukan sistem pemerintahan yang dipimpin oleh abu bakar yang begitu arif dalam mengambil keputusan, begitu pula dengan umar yang begitu tegas mengatakan mana yang benar dan salah. 

Ya Allah, hapuskanlah orang-orang yang zalim dari negeri ini, jangan engkau biarkan negara, provinsi, kabupaten, ataupun kampung kami dipimpin dan dikuasai oleh orang-orang zalim,. buka lah pemikiran orang-orang untuk dapat menegakkan mana yang khak, dan mana pula yang batil., amin...

1 comment:

  1. Luar biasa Mr MSi :)

    Kunjungi juga http://girpapas.blogspot.com/

    ReplyDelete

Blog Archive

Powered by Blogger.

Translate

Popular Posts