Semua orang pasti ingin punya keluarga yang bahagia, punya anak yang pintar, punya suami atau istri yang sayang sama pasangan, dan keluarga yang serba berkecukupan. Tiap hari bangun tidur selalu ditemani dengan senyum bahagia dari pasangan kita, atau melihat tingkah laku anak kita yang lucu, yang membuat pagi kita menjadi heboh gara-gara tingkah laku mereka. Wah,.sungguh keadaan yang sangat diharapkan oleh semua orang. Terus bagaimana jika keluarga tersebut harus dipisahkan dengan jarak, kebersamaan harus dibatasi oleh waktu, atau bahkan kebersamaan tersebut harus dibayar dengan uang yang mahal?
Ini lah yang terjadi sekarang ini pada kebanyakan orang yang berada di sekeliling saya, banyak orang tua yang harus berpisah dengan keluarga kecil mereka, banyak suami harus meninggalkan rumah, meninggalkan istri, anak dan kehidupan mereka di rumah sana, bahkan juga banyak ibu yang harus menitipkan anak-anaknya ke saudara, nenek, atau sama suami nya di rumah, demi mengejar sebuah pendidikan, sebuah ilmu yang harus mereka kuasai. Timbul pertanyaan besar bagi saya, bagaimana kalau ini terjadi dengan saya? apakah saya mampu meninggalkan keluarga saya jika saya sudah memiliki istri dan anak-anak saya di rumah?
Ntah lah,..saya juga bingung gimana jawabannya karena saya belum merasakan memiliki keluarga kecil yang harus saya hidupi. Sepenggal cerita dari sahabat-sahabat saya yang sangat luar biasa, yang meninggalkan rumah, meninggalkan keluarga, dan kehidupan mereka disana. Salah satu sahabat saya baru saja memiliki istri dan istrinya baru melahirkan seorang putri kecil yang sangat mereka harapkan. Namun sang suami harus meninggalkan rumah karena mendapat giliran belajar di sini. Selalu terbesit senyum kecil jika saya bertanya tentang keluarganya disana, dan kata-kata yang selalu dikeluarkan sambil senyuman kecil yang keluar adalah "kangen sama si kecil di rumah, dia sekarang sudah bisa ini lah,itu lah, terus kangen sama istri," wah,..saya nggak tau bagaimana perasaan sahabat saya tersebut ketika harus berpisah dengan keluarga kecilnya di sana.  Beda lagi dengan sahabat di kelas saya satu ini, kisah seorang ibu yang harus menitipkan anak-anaknya sama tante nya di rumah yang bertempat di semarang. Suami nya kerja di jakarta dan pulang ke semarang sebulan sekali. Sedangkan beliau harus belajar di bogor. Sulit untuk pulang karena jadwal kuliah dan tugas yang begitu banyak. Mereka bisa bercerita hanya dengan menggunakan perangkat seluler, melalui telekonfrens lah mereka bisa bicara secara bersama-sama. Wah,..lagi-lagi cerita yang sangat luar biasa yang harus saya dengar dari sahabat-sahabat saya yang sudah memiliki keluarga.
Beda lagi dengan tetangga kamar kosan saya, beliau sedang mengambil program doktor di sini. Tiap hari cuma bisa nelpon keluarga di sana. Ada yang unik dengan bapak ini, beliau selalu menelpon dengan suara yang di speaker in. Karena kamar saya bersebelahan dengan kamar beliau, sudah jelas kadang kedengaran dari kamar saya sedikit suara telpon nya. Dan taukah apa yang sering di dengar sama bapak sebelah kamar saya tersebut? Nyanyian anaknya yang mungkin kalau saya tebak baru berusia 3 atau 4 tahun, Wah,.tiap kali saya mendengar nyanyian anak beliau, pasti saya terharu, ntah sebesar apa rasa kangen bapak ini terhadap keluarganya di sana, sampai-sampai dengarin telpon cuma mau dengar suara anaknya nyanyi. hahaha,... sungguh luar biasa. Dan ada banyak lagi cerita yang luar biasa yang saya dengar dari sahabat-sahabat yang super.
Bagaimana dengan saya? haha,..
Kalau saya yang mengalami kejadian seperti itu, mungkin hal yang sama pun akan saya lakukan, mungkin dalam tiap pembicaraan dengan sahabat-sahabat yang lain saya akan menceritakan keluarga kecil saya tersebut.
Hikmah apa yang bisa saya petik? Semangat mencari ilmu, itu lah kesimpulan yang bisa saya petik dari beberapa kisah sahabat yang super. Mereka sudah punya tanggung jawab, tetapi mereka tetap semangat untuk menjalani masa studi.
Yah,..mereka bisa, kenapa saya tidak bisa?saya belum punya tanggung jawab, jadi saya harus lebih dari mereka. Dan buat sahabat-sahabat lain yang juga belum menikah dan masih dalam menjalani masa studi, semangat lah menjalani masa studi kita.

1 comment:

Blog Archive

Powered by Blogger.

Translate

Popular Posts