Ketika Nikmat Keimanan Dicabut

Hidup ini terasa indah lantaran Allah SWT memberikan kepada kita beberapa macam jenis kenikmatan. Ada banyak jenis kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada kita sejak kita lahir sampai ajal menjemput kita. Diberinya kemampuan kepada kita untuk melihat indahnya dunia, merasakan enaknya atau tidaknya rasa suatu makanan, mencium aroma segar dan busuk, nikmatnya bertutur kata, atau indahnya kemampuan untuk memikirkan sesuatu, dan banyak hal lainnya yang amat sangat banyak kenikmatan tersebut harus kita sadari dan kita sukuri.

Allah SWT telah berkata bahwa jika kita mensyukuri atas nikmat yang telah Dia berikan, niscaya kenikmatan tersebut akan bertambah, namun jika kita kufur atas nikmat tersebut, niscaya azab-Nya amat pedih. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang benar dan sudah menjadi kewajiban kita untuk mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan kepada kita. Akan tetapi, pada umumnya kita sering kali kufur atas nikmat yang telah diberikan kepada kita tersebut, contoh sederhananya adalah kita tidak menggunakan mata untuk melihat yang baik dan benar, tetapi kita sering menggunakan mata kita untuk melihat sesuatu yang seharusnya tidak kita lihat, dan tentu ganjaran yang kita dapat adalah dosa. 

Rasa kufur itu memang tidak datang begitu saja, banyak hal yang membuat kita menjadi kufur atas nikmat yang seharusnya kita syukuri. Adanya rasa kecewa kita akan harapan yang tidak tercapai ajab kali membuat kita menjadi kufur nikmat, padahal Allah SWT yang maha tahu akan apa yang terjadi di depan dan di belakang telah merencanakan sesuatu skenario besar yang tentunya itu baik untuk kita. Namun ketika kita merasa bahwa apa yang kita harapkan tersebut gagal dan kita telah merencanakan bahwa angan tersebut baik untuk kita, dengan gampang rasa kufur akan nikmat kegagalan tersebut membuat kita menjadi orang kufur. Tidak ada 1 hal pun di dunia ini yang luput dari pengetahuan dan izinnya Allah. 

Bayangkan jika yang dicabut itu adalah nikmat keimanan? Jangankan untuk hidup indah di dunia, di akhirat pun sudah pasti kita akan mendapat azab (La hawla wala kuata illa billah). Orang yang telah dicabut nikmatnya keimanan akan selalu merasa gelisah dan putus asa atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Tiap perbuatan yang dilakukan akan terasa sia-sia dan hampa sehingga akan sangat jauh dari rasa kepuasan. Syukurilah atas apa yang telah kita dapati dan jangan pernah merasa atas apa yang telah kita perbuat itu atas kehendak kita, kehidupan ini telah diatur sedemikian indah oleh sang maha pengatur, maha mengetahui atas apa yang baik dan buruk, dan sang maha kuasa lagi bijaksana atas apa yang ada di langit dan di bumi. 

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.