"Tak kenal, maka tak sayang"..
Penyataan ini sudah sangat tidak asing lagi bagi kita terutama jika kita bertemu orang lain. Banyak orang yang menggunakan pernyataan tersebut untuk memulai percakapan. Apalagi kalau dalam pertemuan yang dihadiri oleh khalayak ramai. Ditambah lagi sekarang ini masa pemilihan anggota dewan, kata-kata ini pun menjadi senjata utama bagi para caleg untuk memulai memperkenalkan diri mereka ke depan orang ramai. 
Ups... kali ini temanya bukan tentang caleg kok,.hmm

Yah,.ketika kita belum mengenal orang, maka ketertarikan kita untuk mengetahui orang tersebut kurang begitu besar, bahkan kita lebih cuek terhadap orang tersebut. Akan tetapi, ketika kita sudah mengenal orang tersebut, bukan hanya sekedar kenal, akan muncul pula perasaan peduli sama orang tersebut atas apa yang dia lakukan, apa yang terjadi dengan orang tersebut, bahkan kita akan membantu orang tersebut ketika orang tersebut mendapat masalah. Mungkin kata-kata "sayang" didefinisikan seperti apa yang telah saya utarakan sebelumnya. 

Namun yang menjadi permasalahan, apakah kita sudah mengenal dengan diri kita sendiri???

Pertanyaan tersebut juga bukan merupakan pertanyaan yang baru kita dengar, bahkan dari sejak kita remaja dulu, orang sudah sering berbicara kepada kita dan mengutarakan pertanyaan tersebut kepada kita. Akan tetapi, bagaimana jawaban yang kita peroleh atas pertanyaan tersebut? Tanpa kita sadari, kita sering menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban, "ya, aku tau kalo aku ini orangnya pemarah", atau "aku ini orangnya pemalu", atau "aku ini orangnya pemalas". Itu bukanlah jawaban yang sebenarnya atas pertanyaan tersebut. Jika kita masih menjawab pertanyaan tersebut seperti itu, berarti kita belum mengenal akan diri kita sebenarnya. Itu hanya suatu pernyataan yang hanya keluar seketika yang tak berujung.

Mengenal akan diri kita sendiri itu memang sulit dan bahkan lebih sulit dari mengenal orang lain atau bahkan pasangan kita. Kita akan mudah mengenal sikap dan sifat dari orang lain dari pergaulan sehari-hari atau dari bagaimana mereka menyelesaikan masalahnya. Dengan mudah kita akan memasuki dunia orang tersebut dan berperan seolah-olah kita seperti itu. Itu tentu amat mudah untuk kita lakukan, tetapi bagaimana dengan diri kita dalam mengenal siapa diri kita, bagaimana diri kita, bagaimana sikap kita, bagaimana sifat kita, dan bagaimana diri kita ketika menghadapi masalah? 

Untuk mengenal akan siapa kita, itu butuh proses yang panjang dan butuh usaha yang ekstra. Hal ini dikarenakan kita harus melawan ego diri kita, mengalahkan pikiran negatif dari diri kita, mengalahkan perasaan acuh akan diri kita, dan tentu butuh waktu dan ketenangan yang luar biasa sehingga kita dapat mengenal siapa diri kita. Sebagai contoh, kita akan mudah mengatakan kalau kita ini orangnya pemarah atau pemalu, atau pemalas, atau apalah itu namanya. Tapi kita jarang sekali sampai berpikir, kenapa kita seperti itu? Apa sih yang menyebabkan pemikiran tersebut muncul sehingga kita berani menyematkannya pada diri kita? Apa yang kita lakukan ketika perasaan tersebut muncul? Apa usaha kita untuk meredam rasa tersebut? Apa dampak jika kita terus memupuk rasa tersebut? Apa pula dampak bagi kita jika kita mengalahkan rasa tersebut? dan yang paling penting, seberapa sering kita menyadari akan perasaan tersebut dengan berbagai pertanyaan seperti yang telah diutarakan sebelumnya.

Sulit memang bagi kita untuk dapat mengetahui dan mengenal akan diri kita sebagaimana mestinya. Tapi yang perlu kita sadari dari sekarang adalah, kita perlu tau seperti apa diri kita ini secara pribadi, dan bukan atas penilaian orang lain, sehingga ketika kita sudah mengenal akan diri kita, Insyaallah semua masalah yang kita hadapi, akan sangat mudah kita selesaikan dan hasilnya pun akan semakin baik.. Insyaallah,...

Dan sering lah bertanya pada diri sendiri, 

How deep do you know yourself?

Blog Archive

Powered by Blogger.

Translate

Popular Posts